Maling Wirota :“Pada suatu nama yang mencuri hatiku”.
Maling Wirota :“Pada suatu nama yang mencuri hatiku”.
Gayatri….
Kupanggil lirih namamu, dalam
gelap pelataran Singosari yang anyir
Darah bersimbah ditanah,
prajurit meregang nyawa menjumpai maut
Runtuh kemasyuran agung symbol kekuasaan
djawadipa
Sang Kertanegara mengumpat
dalam pucat wajahnya, menahan nyawa yang uncat
Terbahak bahagia gelegar Sang
Jayakatwang, berdiri gagah berkacak
Terbalas sudah dendam masa
silam akan goresan luka dalam yang terpendam
Pelangi kelabu di langit suram
Singosari!
Gayatri….
Dimana engkau?
Kutelusuri lorong reruntuhan kota
raja, aku mencarimu
Sembari anganku bermain
peranan, membayang pada gerangan sosok Gayatri yang baru kekenal namanya
Gayatri nama yang anggun
pikirku
Meski sekadar nama, cukup
tergetar hatiku
Aku seorang durjana, mengemban
titah
Titah suci Sang Grama Wijaya,
untukmu Gayatri..membawamu kembali padanya
Aku hanya menjalankan titah
Meski aku maling, .
Aji sirep “kelangan dengen”
kurapalkan dalam tingkat kekhusyukan
Prajurit Kediri terkapar tanpa
sadar, kulewati penjagaan, kusisir tiap lorong Istana
Tanpa tersisakan, kecuali satu
pertanyaan yang terlewat, dimana Gayatri, matikah engkau?, kulirik tanpa jeda
pada setiap tumpukan mayat di kaputren
Tapi hatiku menjawab, membibing
mata untuk memberi petunjuk pada sebuah jalan dimana Gayatri masih ada, jalan
menuju Gelang-gelang.
Dalam kalbu terasa getaran
rintihan kepedihan
Lembut menyayat seiring
hembusan angin malam yang dingin
Pada satu bilik tawanan, ragaku
yang melayang setipis kabut kaburkan pandangan nestapa, terhenti
Kutatap dalam kefanaan pada
sosok rupawan tergolek lemah di pojok bilik itu
Gayatri? Panggilku lirih di
hati dalam ketiadaberadaanku dalam nyata
Tersentak ! ketika mata itu
menatapku, mata cantik nan sayu itu mampu menangkapku yang dalam banyangan
“siapa engkau?’’ lembut sapanya
namun bukan tanpa daya, namun jelas tanpa curiga
Kulepas rapalan aji “mameling”
kuberwujud dalam kewajaran
“ aku maling wirota wirogati”
tegas kujawab setegap perawakanku
Kutatap tajam matanya, namun
aku kalah, kalah dengan pesonanya
“ bawalah aku wahai maling,
curilah aku, bukankah cukup berharga diriku bagimu?’’ Gayatri memohon
Kudekat, kudekap kubopong dalam
kesirnaan, berlari bersama kabut lepas dari langit Gelang-gelang
Kecamuk hatiku berdebat,’inikah
Gayatri” tapi rasaku,jiwaku …
Aku hanya maling mengemban
titah suci Sang Grama Wijaya
Saat aku tersadar, aku maling
yang kemalingan, Gayatri mencuru hatiku
Hatimu termaling?
Skh, 26-9-‘16
Djoyo Bolodewo
errrrrrr.... Jos 👍,.. crita dan sastrane woyo2...
BalasHapusGayatri ? Gelang gelang ?
BalasHapusOhh.... Dirimu penuh misteri