"Pendidikan Nilai! Penting Terhadap Tembentukan Karakter"

"Pendidikan Nilai! Penting Terhadap Tembentukan Karakter"
Oleh : Djoyo Bolodewo

Ditegah gerusan budaya asing semakin mengkoyak ludes terhadap integritas budaya lokal yang dicap kuno meski sejatinya syarat akan nilai keluhuran sebagai simbol jati diri sebuah bangsa yang melahirkan suatu peradaban! Oleh karena itu penting untuk menanamkan sebuah nilai -nilai yang usang tersebut kepada murid di era kini. penting?
  1. Model Pendidikan Nilai
1.      Nilai
Suatu nilai selalu dihadapi oleh manusia dalam hidup sehari-hari. Setiap kali mereka hendak melakukan sesuatu pekerjaan, maka harus menentukan pilihan di antara sekian banyak kemungkinan dan harus memilih. Nilai akan menjalankan fungsinya dalam memilih tersebut. Untuk menghukum atau memilih tindakan atau tujuan tertentu nilai menjadi ukuran karena nilai tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia yang dapat memasukkan nilai ke dalamnya sehingga barang atau peristiwa itu memiliki sebuah nilai. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan suatu hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. (Adisusilo.2014:56). Riqi Yuliati mendefinisikan nilai sebagai segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik dan buruk diukur oleh agama, tradisi, etika, moral dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.(2014:15).
Hill dalam Adisusilo (2013:60) berpendapat bahwa nilai sebagai acuan tingkah laku hidup, mempunyai tiga tahapan, yaitu :
a)      Values thinking, yaitu nilai-nilai pada tahapan dipikirkan atau values cognitive
b)      Values affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat pada diri orang untuk melakukan sesuatu, pada tahap ini dapat dirinci lagi menjadi ‘dispotition’ dan ‘commitments’.
c)      Tahap terakhir adalah values actions, yaitu tahap dimana nilai telah menjadi keyakinan dan menjadi niat yang kuat (komitmen kuat) diwujudkan menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkret.

2.      Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai merupakan salah satu instrument penting dalam sebuah pembelajaran untuk mengarahkan siswa kepada susuatu yang baik.  Zeim Mubarok mendefinisikan pendidikan nilai adalah suatu proses dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat dimana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya. Lebih jelasnya menegaskan bahwa proses tersebut menyangkut “perjalanan menuju diri sendiri”, menyentuh bagian-bagian terdalam diri manusia, seperti daya refleksi, intropeksi, analisa dan kemampuan menemukan diri sendiri dan betapa besar harga dirinya.(2009:23).
Dalam Riqi Yuliati & Rusdiana (2014:61-62) menjelaskan pengertian pendidikan nilai menurut beberapa tokoh, yaitu :
1.      Menurut Winecoff (1987), pendidikan nilai berhubungan dengan tiga dimensi yaitu identification of a core personel and sosial values, philosopy and rational inquiry into the core, and decision making related to the core based on inquiry and respone.
2.      Dahlan (2007), pendidikan nilai sebagai suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif dan komitmen pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama.
3.      Soelaeman (1987), pendidikan nilai adalah bentuk kegiatan pengembangan ekpresi nilai-nilai yang ada melalui proses sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kognitif dan afektif peserta didik.
4.      Hasan (1996), pendidikan nilai merupakan suatu konsep pendidikan yang memiliki konsep umum, atribut fakta dan data ketrampilan antara suatu atribut dan atribut lainya serta memiliki label (nama diri) yang dikembangkan berdasarkan prinsip pemahaman, penghargaan, identifikasi diri, penerapan dalam perilaku,pembentukan wawasan, dan kebiasaan terhadap nilai dan moral.
5.      Sumantri (1993), memahami pendidikan niali merupakan aktivitas pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah karena “penentuan nilai” merupakan aktivitas penting yang harus dipikirkan dengan cermat dan mendalam. Oleh karena itu, hal ini merupakan tugas pendidikan (masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan nilai moral individu dan masyarakat.
Adisusilo menjabarkan rumusan Frankea tentang tujuan pendidikan nilai sebagai berikut :
1.      Membantu peserta didik untuk mengembangkan tingkah laku yang secara moral baik dan benar.
2.      Membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan refleksi secara otonom, dapat mengendalikan diri, dapat meningkatkan kebebasan mental spiritual dan mampu mengkritisi prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang sedang berlaku.
3.      Membantu peserta didik untuk menginternalisasikan nilai-nilai moral, norma-norma dalam rangka menghadapi kehidupan konkretnya.
4.      Membantu peserta didik untuk mengadopsi prinsip-prinsip universal-fundamental, nilai-nilai kehidupan sebagai pijakan untuk pertimbangan moral dalam menentukan keputusan.
5.      Membantu peserta didik untuk mampu membuat keputusan yang benar, bermoral dan bijaksana.
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dan tujuan dari pendidikan nilai sejalan, yaitu untuk menciptakan manusia yang bijaksana, manusia yang sebenarnya manusia dan mampu menerima dan bertindak sesuai dengan nilai –nilai kebenaran. Dalam penelitian ini pendidikan nilai yang ditanamkan kepada peserta didik bersumber dari nilai-nilai yang terkandung di dalam serat wicara keras yang syarat dengan nilai luhur.

3.      Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis Approach)
Secara umum, pendekatan dalam sebuah pembelajaran dilihat dari segi proses dibagi menjadi dua, yaitu; pendekatan yang berorientasi kepada guru/lembaga pendidikan (traditionat teacher/institution centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student centered approach).(Rianto,2006:11).
Nurul Zuriah menjelaskan bahwa pendekatan analisis nilai ini menekankan agar peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiyah dalam   menganalisis   masalah   sosial   yang   berhubungan   dengan   nilai   tertentu. Selain itu peserta didik dalam menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini, antara lain diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegasan bukti , penegasan prinsip, analisi terhadap kasus, debat, dan penelitian. (Nurul zuriah, 2007:65). Zaim  Elmubarok menjelaskan bahwa pendekatan analisis nilai (values analysis approach) merupakan pendekatan yang memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya adalah   bahwa   pendekatan  analisis   nilai   lebih   menekankan   pada   pembahasan masalah-masalah   yang   memuat   nilai-nilai   sosial.   Dan   adapun   pendekatan perkembangan kognitif memberikan penekanan pada dilemma moral yang bersifat perseorang (Zaim Mubarok 2008,68 ).
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai- nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan diantara keduanya adalah pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan (Dalmeri,2014:279).
Metode yang paling sering digunakan dalam pendekatan analisis untuk menilai sebuah tindakan adalah metode belajar kelompok berdasarkan masalah dan isu-isu nilai sosial, studi kepustakaan dan penelitian lapangan, dan diskusi kelas rasional. Tahapan operasi intelektual yang sering digunakan dalam analisis nilai meliputi menyatakan masalah, mempertanyakan dan menguatkan dalam relevansi laporan, menerapkan kasus yang sama untuk memenuhi syarat dan memperbaiki posisi nilai, menunjukkan inkonsistensi logis dan empiris dalam argumen, dan pengujian bukti(Douglas P. Superka, dkk,1976:55-56).
Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan analisis nilai memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain: ( Teuku Ramli Zakaria, 2000: 479-495)
a.       Kelebihan Pendekatan Analisis Nilai
1.      Mudah diaplikasikan dalam ruang kelas, karena penekanannya pada pengembangan kemampuan kognitif.
2.      Pendekatan ini menawarkan langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaan proses pembelajaran moral.
b.      Kekurangan Pendekatan Analisis Nilai
1.      Menurut Superka, dkk. (1976), pendekatan ini sangat menekankan aspek kognitif,dan sebaliknya mengabaikan aspek afektif serta perilaku.
2.      Menurut Ryan dan Lickona (1987), pendekatan ini sama dengan pendekatan perkembangan kognitif dan pendekatan klarifikasi nilai, sangat berat memberi penekanan pada proses, kurang mementingkan isi nilai.
Zaim Elmubarok (2009:68) menjalaskan enam langkah analisis nilai yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses pendidikan nilai yaitu :.
Tahap
Langkah analisis nilai
Tugas penyelesaian masalah

          Tahap 1.
          Mengidentifikasi dan menjelaskan nilai yang terkait
Mengurangi perbedaan penafsiran tentang nilai yang terkait
         Tahap 2
         Mengumpulkan fakta yang berhubungan
Mengurangi perbedaan dalam fakta yang berhubungan
         Tahap 3
         Menguji kebenaran fakta yang berkaitan
Mengurangi perbedaan kebenaran tentang fakta yang berkaitan
          Tahap 4
         Menjelaskan kaitan antara fakta yang bersangkutan
Mengurangi perbedaan tentang kaitan antara fakta yang bersangkutan
         Tahap 5
        Merumuskan keputusan moral sementara
Mengurangi perbedaan dalam rumusan keputusan sementara
        Tahap 6
         Menguji prinsip moral yang digunakan dalam mengambil keputusan
Mengurangi perbedaan dalam pengujian prinsip moral yang diterima
Tabel 2.2. Langkah-langkah VAA
Referensi :
Adisusilo, S. 2014. Pembelajaran Nilai Karakter : Kontruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Elmubarok,Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpukan yang Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan Yang Tercerai. Bandung : Alfabeta.
Teuku Ramli Zakaria, Pendekatan Pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti, Jurnal pendidikan dan kebudayaan (Jakarta), Nomor 026 (2000), 479-495.

Dalmeri, “Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter, Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character”, Jurnal Al-Ulum IAIN Sultan Amai Gorontalo, Volume 14, Nomor 14 (Juni 2014), 278.

 Douglas P. Superka, dkk, Values Education Sourcebook, Conceptual Approach, Material Analyses, and an Annotated Bibliography, Colorado: Social Science Eucation Consortium Inc., 1976, 7.


Komentar

Postingan Populer