'' Diskusi warung kopi"



SEKEDAR DRAFT RINGAN UNTUK BAHAN DISKUSI DAN MEMPERLUAS WAWASAN BAGI PARA JAGOAN SEJARAH!Hhehehe
Oleh : Wahyu Djoko Sulistyo 

"Bertikai itu boleh, berperang juga sah. namun dalam tataran masing-masing! mungkin sebatang rokok dan secangkir kopi cukup mewakili apresiasi terhadap bergulirnya alur pemikiran yang berbenturan arah dalam wujud dikusi ringan dan tak bermutu yang kami lakukan, namun bahagia!"
1.
Apakah soeharto layak jadi pahlawan?
a.      Pro : Soeharto merupakan sosok penting dalam percaturan sejarah politik di negeri ini. Memegang peranan vital dalam mengendalikan bangsa selama 32 tahun (1966-1998) bukan lah waktu yang singkat. Sebagai seorang pemimpinbanyak kebijakan yang ditetapkanya sebagai upaya untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. Satu prestasi yang pantas untuk di apresiasi dari masanya (ORBA) :
-          Pemasyarakatan P4 meskipun diaplikasikan dalam bentuk petunjuk teknis namun itu merupakan metode untuk tetap mengamalkan PANCASILA sebagai Ideologi bangsa.
-          Program Pembengunan Jangka Panjang (PJP) yang ditempuh melalui program Pembangunan Lima Tahun(PELITA) yang pada era 80an mampu mengantarkan Indonesia berswasembada pangan. Dan menempatkan Indonesia menerobos jajaran macan Asia dengan progam pemutakhiran tehnologi yang terlihat dengan kemampuan Indonesia mencipta pesawat sendiri (n250) yang selevel dengan produksi dari Industri luar negeri.
-          Program pembangunan Infrastruktur di negeri ini mengalami masa emasnya
-          Stabilitas politik dan ekonomi selama masa pemerintahanya dengan minimnya aksi masa dan gerakan separatisme. Juga penyederhanaan jumlah partai politik menjadi 3 nampak lebih efektif dan efisien.
b.      Kontra : Setelah jatuhnya rezim ORBA 21 Mei 1998, sekan mata batin masyarakat terbuka lebar, nalar kritis mulai berjalan dalam menyikapi kenyataan termasuk sadar akan masa yang telah mencengkeramnya selama lebih dari seperempat abad. Semua mengakui bahwa rezim Suharto dibangun bukan dengan cara yang sewajarnya, pondasi  kekuasaan yang langgeng tersebut dibangun diatas tumpukan mayat orang tak berdosa dan tangisan mereka yang terampas haknya. Peristiwa kelam pembantaian yang terjadi di tahun 1966 dengan tameng pembumihangusan Ideologi komunis bagaikan meriam berdentam tanpa arah merenggut jutaan manusia yang belum tentu berdosa. Ini beberapa hal yang perlu dikritisi :
-          Pemasyarakatan P4 hanya merupakan upaya membentengi pengaruh komunis yang ditetapkan sebagai Ideologi terlarang. Upaya ini dilakukan dengan cara pembersihan hingga akar2 nya tanpa sisa.
-          Kemampuan Indonesia untuk swassembada pangan sebenarnya bukan hal yang harus diunggulkan karna pada kenyataanya sebagai Negara agraris yang subur makmur hal tersebut harusnya menjadi hal yang wajar.
-          Program pembangunan Infrastruktur yang dilakukan oleh rezim ORBA layak diacungi jempol, namun perlu kita soroti berasal darimana dana pembangunan tersebut, yang pada era akhir diketahui meningkatnya utang dan tanggungan terhadap Bank Dunia.
-          Stabilitas politik yang tercipta di masa ORBA bukan karena tidak adanya gerakan masa perlawanan, namun karena adanya tindakan represif pemerintah yang menempatkan ABRI sebagai pilar penting untuk menekan segala bentuk pergerakan. Hal ini masih terlihat sampai sekarang dengan adanya Koramil yang kurang efektif secara fungsi.
-          Penempatan ABRI sebagai pilar penyangga kekuasaanya menyebabkan kekuasaanya tanpa tanding (diktaktor) sehingga setiap pergerakan akan berujung dengan penculikan, dan pembunuhan, ex : wiji thukul.
-          Penyederhanaan partai politik (GOLKAR,PDI,PPP) hanya upaya untuk membatasi ruang gerak partai oposisi. Hal ini terbukti golkar selalu menang dalam 7 pemilu yang digelar. Bukan penegakan demokratis melainkan tindakan pemberangusan demokrasi.
-          Demokrasi yang terkekang, kebebasan yang dikerangkeng, media dijerat dan aksi seniman dibatasi. Berani bergerak dianggap musuh Negara.
-          Sebuah rezim yang dibangun begitu kuat selama 32 tahun mencetak sebuah sistem tersendiri yang terlalu rapat yang melibatkakan keluarga terdekat. Hal ini memunculkan adanya semacam kong kalingkong yang tersistem. Tanpa adanya transparasi pelaksanaan pemerintahan dan control dari media diduga menjadi bibit unggul berkembangnya KKN, meskipun itu dah dari dahulu kala sih..hehehe
Nah setelah melihat kenyataan di atas kita harus berfikir bijak, ada positif ada negative, tetapi untuk kriteria sosok pahlawan yang bisa dijadikan teladan, contoh bagi generasi sekarang, sepertinya sosok soeharto belum bisa. Meskipun dipaksakan akan menunai banyak kontra, karena rezim yang dibangunya banyak meninggalkan luka dan Tanya yang mesti dijawab! Peribahasanya “akibat tinta setetes rusak susu sebelanga” itu tintanya setetes, lha ini tintanya satu ember lho, apa jadinya susu tersebut,,hehehe.
Tak ada gading yang tak retak,taka da manusia yang sempuran . jika itu menjadi tameng sisi negatifnya, tapi sejarah yang drekontruksi masa ORBA mengalami penyimpangan yang luar biasa untuk kepentingan kelanggengan kekuasaan politik, sehingga untuk menelusuri jejak karir beliau untuk Indonesia pra kemerdekaan hingga masa ORLA perlu dikritisi lebih mendalam. Dia tidak secemerlang Soedirman atau jajaran jenderal jenderal  revolusi dalam jejaknya untuk negeri ini.
-          SIMPULKAN SENDIRI?????????Layakah soeharto menjadi pahlawan?akan banyak pertentangan!!!!



2.      Orde lama lebih baik dari reformasi?
-          Letak perbedaan yang paling mencolok dan sangat perlu kita kritisi adalah masalah penegakan demokrasi di negeri ini dari dua masa tersebut.kalo kta menitik beratkan pada nilai kebebasan dan penjaminan Hak sebagai manusia dan warga Negara Reformasi boleh dikatakan lebih baik. Meskipun kita lihat control kebebasan sendiri sekarang mengalamai kekacau, atau istilahnya demokrasi yang kebablasan.
-          Kalau kita melihat dari stabilitas politik dan ekonomi, kita tahu politik dan ekonomi pada masa ORBA boleh dikatakan stabil. Jika dibandingkan dengan Reformasi sekarang yang rawan gejolak yang berujung anarki. Meskipun hal tersebut terjadi juga dimasa orba , namun kewibawaan dan ketegasan pemerintah mampu mengatasi hal tersebut. Namun
-           Menyoroti masalah KKN, bukan hal yang menjadi rahasia umum lagi jika korupsi zaman sekarang lebih membabi buta disetiap lini pemerintahan dari berbagai struktur.
-          Sejak bergulirnya reformasi pergolakan daerah/sparatisme seakan tersulut sumbunya, mulai dari sampit,sampan,makasar, GAM hingga OPM, kasus SARA, akidah dll mencuat kepermukaan dan terjadi pelanggaran HAM yang tidak bisa dikatakan sedikit.
Jadi untuk membedakan antara kedua zaman tersebut kita memiliki dua cermin untuk menilainya baik secara positif maupun negative. Namun yang pasti kini bukan eranya pemerintahan otoriter kembali tapi yang pasti demokrasi ini menuju pendewasaan melalui proses panjang yang mencekam oleh karena itu dibutuhkan adanya sikap dewasa dan cerdas bagi masyarakat Indonesia tanpa meninggalkan karakternya. Diera keterbukaan ini kita butuh pemimpin yang tegas tetapi bertanggung jawab!

3.      Pergantian kurikulum tidak efektif?
Pendidikan di negeri ini jauh tertinggal hingga beberapa tahun kebelakang dibandingkan dengan Negara- negar tetangga. Kita masih bergerak dengan sistem pendidikan yang berkutat pada pencarian jatidiri dari subtansi pendidikan itu sendiri. Sejak Indonesia merdeka sudah berulang kali kita mengalami pergantian kurikulum dan setiap kurikulum mempunyai usia yang relative pendek. Kalau kita analisis dengan sebuah pertanyaan, siapa yang paling terpenting dalam berjalanya proses pendidikan? Jawabanya jelas dan pasti. GURU! Kurikulum boleh berubah hingga ribuan kali tetapi kalau gurunya sama, ya nanti proses pembelajaranya, ilmu yang didapat siswa, produk pembelajaran yang dihasilkanya juga tetap sama saja. Kalau sudah seperti ini daptkah dikatakan efektif?, tapi apakah kita tidak perlu evaluasi tidak perlu perubahan? Jawabanya sangat perlu, namun kita tengok dalam beberapa tahun era reformasi ini, sejak berlakunya KBK,KTSP,2013, berapa usia masing- masing kurikulum tersebut. Jngankan sampai proses evaluasi, proses pelaksanaanya pun belum mencapai seluruh satuan pendidikan yang ada di Negeri ini, mereka yang berada di jauh pedalaman baru mengenal kurikulum baru, sudah muncul kurikulum baru lagi. Atas dasar apa pemerintah menyatakan suatru kurikulum dianggap tidak tepat dan harus diganti?apakah beberapa sample di sekolah perkotaan cukup mewakili? Kalau iya kenapa buru-buru ditetapkan? Kenapa tidak dilakukan percontohan , mungkin sudah namun pengawalanya yang kurang jelas. Atau sempat kita berfikir itu semacam proyek basa –basi era pergsantian menteri. Bukan evaluasi sebenarnya, sebab evaluasi yang sebenarnya kita dapat melihat produk dari kurikulum itu dalam jangka waktu paling tidak 10 tahun, lhah baru belum ada 5 thun kok sudah diganti,hehe… padahal kita tahu secara gamblang setiap pergantian kurikulum berapa triliyun dana yang akan digunakan, perubahan sistem akan memakan dana yang besar. Lalu kalau sudah seperti itu mau lari kemana nasib pendidikan kita? Efektifkah pergantian kurikulum?

4.      Lebih baik dijajah atau merdeka?
Dengan MANTAB hati kita akan menjawab MERDEKA!!!!!! Tidak ada jawaban lain jika kita mau jujur! Dibelahan dunia manapaun taka da orang yang akan memilih terjajah kecuali mereka yang tidak mempunyai masa depan.

Hehehe…..namun yang perlu dilihat adalah kenyataan sekarang dalam konteks Indonesia kita sebagai warga Negara yang terombang – ambing oleh kenyataan , angan kta akan terbayang mungkin kalau kita tetap dikuasai Belanda atau jepang kita akan lebih baik. Padahal kita pun juga belum tahu pasti jika itu tetap terjadi.heheh

Pokoknya tidak ada jawaban lain keculai merdeka saja! Namun yang menjadi hal untuk kita kritisi adalah…. Kemerdekaan seperti apa??? Dan benarkah kita sudah benar-benar merdeka??

Kata TAN MALAKA : merdeka ya 100%/KEMERDEKAAN  SEJATI! Jika itu yang kita dapat kita tidak akan mepermasalhkan hal ini. Tapi kenyataan sekarang lain dari konteks proklamasi, kita masih terjajah,baik fisik maupun mental tapi tanpa serdadu! Lihatlah pada diri kalian sendiri dari bangun tidur hingga tidur lagi, semuak peralatan kebutuhan hidup yang kalian pakai?punya Indonesia kah?hampir semua kebutuhan pokok yang kita konsumsi?produk Indonesiakah? Kekayaan alam kita?dikelola Indonesiakah?, hampir semuanya kita masih bergantung masih dimainkan oleh kepentingan asing, jadi kesimpulanya boleh kita katakana kalau kita masih terjajah. Jadi kalau sekarang ada yang menilai suramnya nasib Indonesia kini bukan karena kita merdeka dan mungkin kita akan lebih baik kalau kita terjajah dan dikelola penuh oleh penjajah. Ini karena kita masih terjajah! Kalau kita benar- benar MERDEKA 100% kenyataan jauh akan lebih baik.
sepenggal  Materi debat OASE UNRI  Februari 2014   untuk siswa DY

Komentar

Postingan Populer