Belajar Sejarah!
"PEMBENTUKAN
KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN SEJARAH YANG KREATIF INOVATIF DAN
MENYENANGKAN"
“Oleh
:Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd.”
“Pendidikan
merupakan upaya mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa katanya, namun di
dalam kenyataanya masih jauh dari harapan mulia tersebut. Pendidikan di Negara
ini masih jalan ditempat untuk beranjak dari keterpurukan meskipun sudah
berlangsung selama 68 tahun sejak Indonesia merdeka. Pendidikan sejarah
mengambil peranan penting dalam hal ini. Proses belajar yang selama ini
dianggap kurang penting sebenarnya menyimpan kekuatan besar yang mampu
membangkitkan bangsa ini dari hilangnya karakter!”.
Disini
penulis akan menyoroti pada hal yang lebih khusus lagi mengenai pendidikan
pembentukan sebuah karakter. Karena tanpa adanya karakter kita akanmenjadi jiwa
dan sosok raga yang lemah dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu sejak
pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan adanya penerapan
karakter dalam setiap indicator pembelajaran. Mengingat sangat pentingnya
karakter tersebut, sebagai upaya pemerintah dalam melihat nilai karakter bangsa
yang mulai pudar tergerus oleh kemajuan zaman. Era globalisasi yang menerobos
masuk ke Negara ini telah membawa pengaruh yang signifikan, baik secara positif
maupun negative. Namun kemampuan Local
Genius kita dalam menghadapi arus tersebut masih sangatlah kurang. Kita
masih terbawa oleh kekuatan arus tersebut tanpa kita mampu menyaringnya, mana
yang pantas diterapkan dan mana yang
tidak. Seakan simbol kita sebagai bangsa yang berbudaya semakin riskan
untuk meluntur. Karakter kita sebagai bangsa yang berbudi luhur juga semakin
menipis. Oleh karena itu kita akan mencoba menjawab tantangan tersebut dengan
penanaman nilai moral dan kesejarahan yang disajikan secara aplikatif, inovatif
dan menyenangkan.
a.
Pendidikan
Sejarah Yang aplikatif dan Menyenangkan
Selama
ini banyak berkembang tentang pertanyaan dasar, “Untuk apa belajar sejarah?”
dan langsung dijawabnya sendiri dengan
kesimpulan sepihak. Sejarah itu tidak penting, kita harus “move on” !. pertanyaan dan jawaban tersebut seakan mengubur dan
mengalihkan perhatian siswa terhadap arti penting belajar sejarah secara
penanaman nilai. Tapi bukan sepenuhnya salah mereka , kita sebagai guru juga
semestinya banyak- banyak intropeksi diri, danjuga bertanya kenapa pertanyaan
dan jawaban di atas bisa ada dan tertanam dalam pemikiran siswa didik. Sidikit
memberikan jawaban bahwa kita mesti sadar bahwa cakupan materi sejarah yang
kita ajarkan itu sesuatu yang teoristis, dan lampau dengan jumlah materi yang
luas dan cenderung mengajak siswa didik untuk berhafal ria. Itulah mengapa
mereka menganggap sejarah menjadi tidak penting. Untuk apa mereka menghafal
tahun-tahun kejadian,untuk apa mereka menghafal tokoh-tokoh perjuagan dan
sebagainya? Toh dalam hidup mereka itu tidak berpengaruh apapun dengan ingat
atau tidaknya mereka terhadap catatan sejarah tersebut. Hal itu terjadi karena
guru dalam mengajarkan dalam mentransfer ilmu sejarah hanya menekankan terhadap
siswa didiknya untuk menghafal, dengan metode klasik. Guru hanya menyajikan apa
yang ada di buku, apa adanya tanpa adanya kreatifitas yang bisa membawa siswa
untuk tertarik lebih lanjut dalam memahami peristiwa sejarah. Jika kita hanya
menggunakan metode tersebut maka kita tidak boleh menyalahkan siswa, namun jika
kita tidak berusaha merubah hal tersebut yang terjadi seiring berjalanya waktu
adalah terbentuknya sistem yang salah terhadap pembelajaran sejarah.
Lalu
apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru sejarah?
Sebagai
seorang guru yang punya tanggung jawab mulia terhadap nasib bangsa kedepanya,
kita harus berani punya visi yang pasti, untuk apa kita mengajar dan apa yang
kita harapkan dari ilmu yang kita berikan kepada siswa. Mengajar bukan hanya
sekadar gugur kwajiban saja, materi tersampaikan, evaluasi, nilai KKM selesai.
Bukan sesederhana itu, tapi kita punya tanggung jawab moral terhadap ilmu kita.
Kita harus sadar sebagai guru sejarah apa tanggung jawab moral kita terhadap
ilmu kita? Hanya ada satu kata “NASIONALISME”!
ya rasa kebangsaan itulah yang mestinya tertanam kepada siswa ajar kita setelah
kita selesai belajar sejarah. Untuk mencapai tujuan mulia itu, kita harus
menggunakan metode yang lain dari sistem yang sudah terbentuk sampai saat ini,
sistem yang salah! Kita harus berani mendobrak paradigm belajar sejarah adalah
belajar yang mebosankan dan bikin ngantuk karena kita acuh terhadap penyampaian
guru.
Lalu
apa metode yang paling tepat?
Guru
harus kreatif dan inovatif, itu kuncinya. Termasuk bagi guru sejarah. Menurut
saya, metode yang paling pas untuk pelajaran sejarah itu adalah model cerita
sejarah “story telling”. Sejarah
adalah rangkaian peristiwa yang tidak terpisah, yang berkesinambungan, kalau
kita menyajikanya dengan cara yang sepenggal- sepenggal akan membingungkan siswa.
Jangan sekalipun mengajak siswa untuk menghafal. Tapi mengajak siswa untuk
mendengarkan dan mencermati apa yang guru ceritakan, menghayati dan mengambil
nilai-nilai tersirat yang terkandung di dalamnya. Disinilah dibutuhkan
kreatifitas guru dalam menceritakan sebuah beristiwa sejarah. Bagaimana si
pencerita harus bisa membangun, meberi imajinatif terhadap si pendengar. Jika
kita mampu menjalankan scenario pembelajaran itu dengan baik maka subtansi
pembelajaran sejarah akan tersampaikan.
Berikutnya
selain bercerita kita mengajak siswa untuk berdiskusi dan beranalisis. Setelah
semangat kita bangkitkan melalui cerita yang kita sampaikan berikutnya kita
mengajak siswa untuk berfikir analistis dengan pertanyaan “Why”?. Siswa jangan hanya difokuskan terhadap apa yang tersaji
dalam buku ajar, tapi dari apa yang terdapat dalam buku ajar, terhadap materi
yang kita ceritakan, kita tanyakan kepada siswa mengapa peristiwa tersebut bisa
terjadi. Kegiatan siswa untuk menjawab pertanyaan mengapa tersebut akan mengajak
siswa untuk berfikir dan berdiskusi lebih lanjut. Sehingga jika ini berjalan
dengan baik maka kita telah mampu menyulap proses pendidikan sejarah menjadi
proses pendidikan yang menarik menyenangkan dan membangkitkan semangat.
b.
Sejarah
dan Nasionalisme
Berbicara
masalah sejarah tak akan mungkin lepas dari obrolan masalah bangsa, masalah
Negara. Tujuan utama yang perlu disadari oleh guru sejarah, bahwa belajar
sejarah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, rasa menganal bangsanya dan
diharapkan akan mampu berbuat sesuatu untuk bangsanya. Peristiwa – peristiwa
yang kita pelajari dan tersaji dalam materi sejarah semuanya berusaha merangkai
sejarah berdirinya negeri Indonesia tercinta ini. Jadi hal yang wajar kalau
nilai cinta tanah air warga Negara kita, pejabat pemerintahan kita perlu
dipertanyakan ulang karena mereka tidak pernah belajar sejarah dengan
sungguh-sungguh. Mereka selam belajar hanya menghafal, nilai bagus, naik kelas
dapat peringkat, selesai! Sehinggah tidak ada yang tersisa dalam benak dan fikiran
kita. Padahal kalau kita telaah dengan cara yang seksama kita akan sadar
tentang artinya belajar sejarh. Belajar sejarah berarti belajar tentang
kehidupan kita, belajar akan bangsa kita. Bukan hal yang mustahil jika kita
belajar sejarah kita akan menjadi manusia yang paling bijak.
Menjadi
bijak adalah pilihan, bijak berarti bisa menempatkan pada dua sisi yang
berlainan untuk mengambil keputusan yang terbaik. Orang belajar dari masa silam
kita akan menjadi tahu, bukan untuk menetap didalam keterpurukan tersebut.
Tetapi bisa bangkit dan belajar dari kesalahan yang ada, dari kesalahan yang
pernah terjadi dalam catatan sejarah kita. Jika kita berhasil mengambil hikmah
dari belajar sejarah hingga sesubtansif itu
maka pembelajaran sejarh sudah tepat sasaran!bukankah begitu?.
Komentar
Posting Komentar